Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata :
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً لِلَّذِيْنَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ
Dan Alloh membuat istri Fir'aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika istri Fir'aun berkata : "Wahai Robbku, bangunkanlah untukku di sisiMu sebuah rumah dalam surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zholim." (QS.At Tahrim: 11)
Asiyah bintu Muzahim, istri Fir'aun seorang wanita kisahnya terukir indah dalam Al Qur'an. Ayat-ayat Robb Yang Maha Tinggi menuturkan kesholihan yang mempersaksikan keimanan yang berakar kokoh dalam relung kalbu. Sehingga pantas sekali kita katakan bahwa beliau adalah wanita yang manis dalam sebutan dan indah dalam ingatan. Asiyah adalah teladan bagi wanita-wanita yang beriman kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan uswah hasanah bagi para istri kaum mukminin.
Al Imam Ath Thobari rohimahullohu berkata dalam kitab tafsirnya :
"Alloh yang Maha Tinggi berkata bahwasanya Dia membuat permisalan bagi orang-orang yang membenarkan Alloh Ta'ala dan mentauhidkanNya, dengan istri Fir'aun yang beriman kepada Alloh Ta'ala, mentauhidkanNya, dan membenarkan utusan Alloh Musa alaihissalam. Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yang kafir, satu dari sekian musuh Alloh Ta'ala. Namun kekafiran dan kejelekan suaminya itu tidak memudharotkannya, karena ia tetap beriman kepada Alloh Ta'ala. Sementara, termasuk ketetapan Alloh Ta'ala kepada makhlukNya adalah seseorang tidaklah dibebani dosa orang lain (tapi masing-masing membawa dosanya sendiri), dan setiap jiwa mendapatkan apa yang ia usahakan." (Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an, Tafsir Ath Thobari, 12/162)
"Pada diri Asiyah ada permisalan yang indah bagi para istri yang mengharapkan perjumpaan dengan Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan hari akhir... dijadikan contoh untuk mendorong kaum mukminin dan mukminat agar berpegang teguh dengan ketaatan dan kokoh di atas agama." (dinukilkan dengan sedikit meringkas dari Tafsir Al-Qurthubi, 9/132)
Seorang istri yang sholihah, ia akan bersabar dengan kekurangan yang ada pada suaminya dan bersabar dengan kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suaminya atau mengeluhkan suaminya kepada orang lain, apalagi mengghibah suami, menceritakan aib atau cacat dan kekurangan sang suami, bahkan meminta cerai, Allohu Musta'an - sebagaimana yang terjadi di zaman ini (ironis justru itu dilakukan oleh para wanita yang mengaku meneladani wanita mu'minah dan telah sampai padanya hujjah),
Wanita sholihah, bagaimana pun kekurangan suaminya dan kesempitan hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela kekurangan dan kesempitan tersebut, karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala memilihkan lelaki muslim yang beriman kepada Alloh Ta'ala dan hari akhir sebagai pendamping hidupnya. Dan tidak memberinya suami seperti suami Asiyah bintu Muzahim yang sangat kafir kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan berbuat aniaya terhadap istri karena ia beriman kepada Alloh Ta'ala dan RosulNya.
Tersebutlah, ketika Fir'aun itu mengetahui keimanan Asiyah istrinya, ia keluar menemui kaumnya lalu bertanya : "Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim?" Merekapun memujinya. Fir'aun berkata : "Ia menyembah Tuhan selain aku." Mereka berkata : "Kalau begitu, bunuhlah dia." Maka Fir'aun membuat pasak-pasak untuk istrinya, kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istrinya, kemudian menyiksanya di bawah terik matahari. Jika Fir'aun berlalu darinya, para malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa : "Wahai Robbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dalam surga."
Alloh Subhanahu wa Ta'ala pun mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun tertawa. Bertepatan dengan itu Fir'aun datang. Melihat Asiyah tertawa, Fir'aun berkata keheranan : "Tidakkah kalian heran dengan kegilaan Asiyah ? Kita siksa dia, malah tertawa."
Menghadapi beratnya siksaan Fir'aun, hati Asiyah tidak lari untuk berharap kepada makhluk. Ia hanya berharap belas kasih dan pertolongan dari Penguasa makhluk, Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Ia berdoa agar diselamatkan dari siksaan yang ditimpakan Fir'aun dan kaumnya serta tidak lupa memohon agar diselamatkan dari melakukan kekufuran sebagaimana yang diperbuat Fir’aun dan kaumnya.*
Akhir dari semua derita dunia itu, berujung dengan dicabutnya ruh Asiyah untuk menemui janji Alloh Subhanahu wa Ta'ala.(Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an 12/162, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an/ Tafsir Al-Qurthubi 9/132, Ruhul Ma'ani 13/790, An Nukat wal Uyun Tafsir Al Mawardi 6/47).
Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam berkata :
حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ: مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيْجَةُ بِنْتَ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
"Cukup bagimu dari segenap wanita di alam ini : "Maryam putri Imron, Khodijah bintu Khuwailid, Fathimah bintu Muhammad, dan Asiyah istri Fir'aun."(HR. At Tirmidzi no. 3878, kitab Manaqib an Rosulillah, bab Fadhlu Khodijah rodhiyallohu 'anha, dari hadits Anas bin Malik rodhiyallohu 'anhu. Dishohihkan Asy Syaikh Al Albani rohimahullohu dalam Shohih At Tirmidzi dan Al Misykat no. 6181).
Yakni cukup bagimu untuk sampai kepada martabat orang-orang yang sempurna dengan mencontoh keempat wanita ini, menyebut kebaikan-kebaikan mereka, kezuhudan mereka terhadap kehidupan dunia, dan tertujunya hati mereka kepada kehidupan akhirat. Kata Ath Thibi, cukup bagimu dengan mengetahui atau mengenal keutamaan mereka dari mengenal seluruh wanita. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Al Manaqib)
Beliau Shollallohu 'alaihi wa Sallam juga bersabda memuji Asiyah dan Maryam :
كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأُةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْتَةُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلى سَائِرِ الطَّعَامِ
"Orang yang sempurna dari kalangan laki-laki itu banyak, namun tidak ada yang sempurna dari kalangan wanita kecuali Asiyah istri Fir'aun dan Maryam putri Imron, dan sungguh keutamaan Aisyah atas para wanita selainnya seperti kelebihan tsarid atas seluruh makanan."(HR. Al Bukhori no. 3411, kitab Ahaditsul Anbiya, bab Qoulillahi Ta'ala : "Wa Dhoroballohu Matsalan lilladzina Amanu… ". Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim no. 6222, kitab Fadho'il Ash Shohabah).
"Di antara keutamaan Asiyah adalah ia memilih dibunuh daripada mendapatkan (kenikmatan berupa) kerajaan (karena suaminya seorang raja). Dan ia memilih siksaan (penderitaan) di dunia daripada mendapatkan kenikmatan yang tadinya ia reguk di istana sang suami yang zholim. Ternyata firasatnya tentang Musa alaihissalam benar adanya ketika ia berkata kepada Fir'aun saat mengutarakan keinginannya untuk menjadikan Musa 'alaihissalam sebagai anak angkatnya : قُرَةُ عَيْنٍ لِي (agar ia menjadi penyejuk mata bagiku)".(Fathul Bari 6/544)
Faedah : *Al Allamah Al Alusi rohimahullohu dalam tafsirnya mengatakan : "Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa beristi'adzah (minta perlindungan) kepada Alloh Ta'ala dan mohon keselamatan dariNya ketika terjadi ujian atau cobaan dan goncangan, merupakan kebiasaan yang dilakukan orang-orang sholih dan sunnah para nabi. Dan ini banyak disebutkan dalam Al-Qur'an." (Ruhul Ma'ani fi Tafsir Al-Qur'anil Azhim was Sab'il Matsani, 13/791).
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً لِلَّذِيْنَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ
Dan Alloh membuat istri Fir'aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika istri Fir'aun berkata : "Wahai Robbku, bangunkanlah untukku di sisiMu sebuah rumah dalam surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zholim." (QS.At Tahrim: 11)
Asiyah bintu Muzahim, istri Fir'aun seorang wanita kisahnya terukir indah dalam Al Qur'an. Ayat-ayat Robb Yang Maha Tinggi menuturkan kesholihan yang mempersaksikan keimanan yang berakar kokoh dalam relung kalbu. Sehingga pantas sekali kita katakan bahwa beliau adalah wanita yang manis dalam sebutan dan indah dalam ingatan. Asiyah adalah teladan bagi wanita-wanita yang beriman kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan uswah hasanah bagi para istri kaum mukminin.
Al Imam Ath Thobari rohimahullohu berkata dalam kitab tafsirnya :
"Alloh yang Maha Tinggi berkata bahwasanya Dia membuat permisalan bagi orang-orang yang membenarkan Alloh Ta'ala dan mentauhidkanNya, dengan istri Fir'aun yang beriman kepada Alloh Ta'ala, mentauhidkanNya, dan membenarkan utusan Alloh Musa alaihissalam. Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yang kafir, satu dari sekian musuh Alloh Ta'ala. Namun kekafiran dan kejelekan suaminya itu tidak memudharotkannya, karena ia tetap beriman kepada Alloh Ta'ala. Sementara, termasuk ketetapan Alloh Ta'ala kepada makhlukNya adalah seseorang tidaklah dibebani dosa orang lain (tapi masing-masing membawa dosanya sendiri), dan setiap jiwa mendapatkan apa yang ia usahakan." (Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an, Tafsir Ath Thobari, 12/162)
"Pada diri Asiyah ada permisalan yang indah bagi para istri yang mengharapkan perjumpaan dengan Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan hari akhir... dijadikan contoh untuk mendorong kaum mukminin dan mukminat agar berpegang teguh dengan ketaatan dan kokoh di atas agama." (dinukilkan dengan sedikit meringkas dari Tafsir Al-Qurthubi, 9/132)
Seorang istri yang sholihah, ia akan bersabar dengan kekurangan yang ada pada suaminya dan bersabar dengan kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suaminya atau mengeluhkan suaminya kepada orang lain, apalagi mengghibah suami, menceritakan aib atau cacat dan kekurangan sang suami, bahkan meminta cerai, Allohu Musta'an - sebagaimana yang terjadi di zaman ini (ironis justru itu dilakukan oleh para wanita yang mengaku meneladani wanita mu'minah dan telah sampai padanya hujjah),
Wanita sholihah, bagaimana pun kekurangan suaminya dan kesempitan hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela kekurangan dan kesempitan tersebut, karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala memilihkan lelaki muslim yang beriman kepada Alloh Ta'ala dan hari akhir sebagai pendamping hidupnya. Dan tidak memberinya suami seperti suami Asiyah bintu Muzahim yang sangat kafir kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan berbuat aniaya terhadap istri karena ia beriman kepada Alloh Ta'ala dan RosulNya.
Tersebutlah, ketika Fir'aun itu mengetahui keimanan Asiyah istrinya, ia keluar menemui kaumnya lalu bertanya : "Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim?" Merekapun memujinya. Fir'aun berkata : "Ia menyembah Tuhan selain aku." Mereka berkata : "Kalau begitu, bunuhlah dia." Maka Fir'aun membuat pasak-pasak untuk istrinya, kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istrinya, kemudian menyiksanya di bawah terik matahari. Jika Fir'aun berlalu darinya, para malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa : "Wahai Robbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dalam surga."
Alloh Subhanahu wa Ta'ala pun mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun tertawa. Bertepatan dengan itu Fir'aun datang. Melihat Asiyah tertawa, Fir'aun berkata keheranan : "Tidakkah kalian heran dengan kegilaan Asiyah ? Kita siksa dia, malah tertawa."
Menghadapi beratnya siksaan Fir'aun, hati Asiyah tidak lari untuk berharap kepada makhluk. Ia hanya berharap belas kasih dan pertolongan dari Penguasa makhluk, Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Ia berdoa agar diselamatkan dari siksaan yang ditimpakan Fir'aun dan kaumnya serta tidak lupa memohon agar diselamatkan dari melakukan kekufuran sebagaimana yang diperbuat Fir’aun dan kaumnya.*
Akhir dari semua derita dunia itu, berujung dengan dicabutnya ruh Asiyah untuk menemui janji Alloh Subhanahu wa Ta'ala.(Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an 12/162, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an/ Tafsir Al-Qurthubi 9/132, Ruhul Ma'ani 13/790, An Nukat wal Uyun Tafsir Al Mawardi 6/47).
Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam berkata :
حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ: مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيْجَةُ بِنْتَ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
"Cukup bagimu dari segenap wanita di alam ini : "Maryam putri Imron, Khodijah bintu Khuwailid, Fathimah bintu Muhammad, dan Asiyah istri Fir'aun."(HR. At Tirmidzi no. 3878, kitab Manaqib an Rosulillah, bab Fadhlu Khodijah rodhiyallohu 'anha, dari hadits Anas bin Malik rodhiyallohu 'anhu. Dishohihkan Asy Syaikh Al Albani rohimahullohu dalam Shohih At Tirmidzi dan Al Misykat no. 6181).
Yakni cukup bagimu untuk sampai kepada martabat orang-orang yang sempurna dengan mencontoh keempat wanita ini, menyebut kebaikan-kebaikan mereka, kezuhudan mereka terhadap kehidupan dunia, dan tertujunya hati mereka kepada kehidupan akhirat. Kata Ath Thibi, cukup bagimu dengan mengetahui atau mengenal keutamaan mereka dari mengenal seluruh wanita. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Al Manaqib)
Beliau Shollallohu 'alaihi wa Sallam juga bersabda memuji Asiyah dan Maryam :
كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيْرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأُةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْتَةُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيْدِ عَلى سَائِرِ الطَّعَامِ
"Orang yang sempurna dari kalangan laki-laki itu banyak, namun tidak ada yang sempurna dari kalangan wanita kecuali Asiyah istri Fir'aun dan Maryam putri Imron, dan sungguh keutamaan Aisyah atas para wanita selainnya seperti kelebihan tsarid atas seluruh makanan."(HR. Al Bukhori no. 3411, kitab Ahaditsul Anbiya, bab Qoulillahi Ta'ala : "Wa Dhoroballohu Matsalan lilladzina Amanu… ". Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim no. 6222, kitab Fadho'il Ash Shohabah).
"Di antara keutamaan Asiyah adalah ia memilih dibunuh daripada mendapatkan (kenikmatan berupa) kerajaan (karena suaminya seorang raja). Dan ia memilih siksaan (penderitaan) di dunia daripada mendapatkan kenikmatan yang tadinya ia reguk di istana sang suami yang zholim. Ternyata firasatnya tentang Musa alaihissalam benar adanya ketika ia berkata kepada Fir'aun saat mengutarakan keinginannya untuk menjadikan Musa 'alaihissalam sebagai anak angkatnya : قُرَةُ عَيْنٍ لِي (agar ia menjadi penyejuk mata bagiku)".(Fathul Bari 6/544)
Faedah : *Al Allamah Al Alusi rohimahullohu dalam tafsirnya mengatakan : "Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa beristi'adzah (minta perlindungan) kepada Alloh Ta'ala dan mohon keselamatan dariNya ketika terjadi ujian atau cobaan dan goncangan, merupakan kebiasaan yang dilakukan orang-orang sholih dan sunnah para nabi. Dan ini banyak disebutkan dalam Al-Qur'an." (Ruhul Ma'ani fi Tafsir Al-Qur'anil Azhim was Sab'il Matsani, 13/791).
0 komentar:
Posting Komentar